Powered By Blogger

Senin, 01 November 2010

Tinjauan Teori Tentang Belajar

Secara garis besar teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu :
1. Teori belajar menurut Psikologi Behavioristik
2. Teori belajar menurut Psikologi Kognitif
3. Teori belajar menurut Psikologi Humanistik
1. Teori Belajar Menurut Psikologi Behavioristik
Mereka biasa juga disebut “S-R Psychologis”. Mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement) dari lingkungan. Dengan demikian dalam tingkah laku belajar terdapat jalinan yang erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulasinya.
Guru yang menganut pandangan teori ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan masa sekarang, dan segenap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Kita dapat menganalisis kejadian tingkah laku dengan jalan mempelajari latar belakang penguatan (reinforcement) terhadap tingkah laku tersebut.
Tokoh-tokoh Teori Belajar Psikologi Behavioristik

a. Thorndike (1874 – 1949)
Teori belajarnya disebut “Connectionism”, yaitu belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus (S) dan respons (R). Dari hasil penelitiannya, Thorndike mendapatkan 3 hukum dalam belajar, yaitu :
1. Law of effect, hubungan S-R bertambah erat kalau disertai oleh perasaan senang atau puas. Dan sebaliknya menjadi kurang kuat atau lenyap kalau disertai rasa tidak senang. Maka memuji dan membesarkan hati anak lebih baik dalam pelajaran daripada menghukum atau mencela.
2. Law of exercise, hubungan S-R bertambah erat kalau sering digunakan, dan akan kurang erat atau lenyap jika jarang digunakan. Karena itu perlu digunakan banyak latihan, ulangan-ulangan dan pembiasaan.
3. Law of readness, kesiapan untuk berbuat akan lebih mempermudah antara hubungan S dan R. Tetapi apabila telah siap kemudian dicegah, maka akan menyebabkan rasa negatif bagi yang bersangkutan.
b. Ivan Pavlov (1849 – 1936)Teori belajarnya disebut “Stimulus Substitution” atau Classical Conditioning”. Dalam percobaan laboratoriumnya Pavlov memberikan stimuli bersyarat terhadap anjing sehingga terjadi reaksi bersyarat pada anjing. Dalam teori ini ditunjukkan bahwa bagaimana tingkah laku dapat dibentuk dengan pengaturan dan manipulasi lingkungan. Dan tingkah laku tertentu dapat dibentuk dengan secara berulang-ulang. Tingkah laku itu tadi dipancing dengan sesuatu yang memang dapat menimbulkan tingkah laku itu.
Dalam laboratoriumnya, diberikan pembiasaan baru pada anjing karena adanya latihan terus menerus. Bunyi bel yang senantiasa diikuti dengan munculnya makanan memberikan pengalaman bagi anjing untuk secara refleks mengeluarkan air liur begitu mendengar bel. Kebiasaan anjing tersebut di atas akan berangsur-angsur hilang apabila diikuti dengan pemberian makanan
c. John B. Watson (1878 – 1958)
Belajar merupakan proses terjadinya respons-respons bersyarat melalui stimulus pengganti. Menurut Watson, manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional berupa takut, cinta dan marah. Semua tingkah laku lainnya terbentuk oleh hubungan-hubungan S-R, baru kemudian melalui “conditioning”
d. E. R Guthrie (1886 – 1959)
Ia mengemukakan prinsip belajar yang disebut law of association, yang berbunyi: “Suatu kombinasi stimuli yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimuli itu muncul kembali.” Dengan kata lain, jika anda mengerjakan sesuatu dalam situasi tertentu, maka nantinya dalam situasi yang sama anda akan mengerjakan hal serupa lagi.
Menurut Ghutrrie, belajar memerlukan reward dan kedekatan antara stimulus dan respons. Bahwa hukuman itu tidak baik dan tidak pula buruk. Efektif tidaknya hukuman tergantung pada apakah hukuman itu menyebabkan murid belajar ataukah tidak.
2. Teori Belajar menurut Psikologi Kognitif
Menurut aliran kognitifis, tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku terjadi. Dalam situasi belajar, seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh insight untuk pemecahan masalah. Jadi, tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi.
Tokoh-tokoh Teori Belajar Psikologi Kognitif
a. Mex Wertheirmer (1880 – 1943)
Ia adalah peletak dasar psikologi Gestalt, yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Suatu konsep terpenting dalam Psikologi Gestalt adalah tentang “insight” yaitu pengamatan/pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam sutu situasi permasalahan. Contoh insight seperti pernyataan spontan “aha” atau “ooh” atau I see now.
Wertherimer menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian, bukan hafalan akademis. Menurut pendapat Gestaltis, semua kegiatan belajar menggunakan insight atau pemahaman terhadap hubungan-hubungan, terutama hubungan-hubungan antara bagian keseluruhan. Tingkat kejelasan atau keberartian dari apa yang diamati dalam situasi belajar adalah lebih meningkatkan belajar seseorang daripada dengan hukuman dan ganjaran.
b. Kurt Lewin (1892 – 1947)
Teori belajarnya disebut “Cognitive Field”. Lewin berpendapat, bahwa tingkah laku merupakan hasil interaksi antara kekuatan-kekuatan, baik yang dari dalam individu seperti tujuan, kebutuhan, tekanan kejiwaan; maupun dari luar diri individu seperti tantangan dan permasalahan.
Menurut Lewin, belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dalam struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainnya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Peranan motivasi lebih penting daripada reward.
c. Piaget, teorinya disebut “Cognitive Developmental”
Dalam teorinya, Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak.
3. Teori Belajar menurut Psikologi Humanistik
Menurut para pendidik aliran Humanistik penyusunan dan penyajian materi pelajaran harus sesuai dengan perasaan dan perhatian siswa. Tujuan utama para pendidik ialah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantunya dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada pada diri mereka. Psikologi ini berusaha untuk memahami perilaku seseorang dari sudut Si pelaku (behaver), bukan dari Si pengamat (observer).

Dalam menyoroti masalah perilaku, ahli psikologi humanistik mempunyai pandangan yang sangat berbeda dengan psikologi behavioral. Perbedaan ini dikenal sebagai “Freedom determination issue”. Para behaviorest memandang bahwa manusia sebagai makhluk reaktif yang memberikan responsnya terhadap lingkungan. Sebaliknya para humanistik mempunyai pendapat bahwa tiap orang itu menentukan perilaku mereka sendiri. Mereka bebas dalam memilih kualitas hidup mereka, tidak terikat oleh lingkungannya.
Tokoh-tokoh teori belajar Psikologi Humanistik
1. Combs, ia menyatakan bila kita ingin memahami perilaku orang kita harus mencoba memahami persepsi orang itu. Apabila ingin mengubah perilaku seseorang, kita harus berusaha mengubah keyakinan atau pandangan orang itu, perilaku dalamlah yang membedakan seseorang dari yang lain.
2. Maslov, bahwa di dalam diri kita ada 2 hal, yaitu :
a. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
b. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.
3. Rogers : Dalam bukunya Freedom to Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting, diantaranya ialah :
o Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
o Belajar yang signifikan terjadi apabila Subject mater dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri
o Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
o Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
o Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
o Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
o Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
o Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
o Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BELAJAR
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam pencapaian hasil belajar disebabkan oleh banyak faktor, baik yang berasal dari dalam diri siswa maupun yang berasal dari luar dirinya. Untuk memudahkan pembahasan dapat diklasifikasikan sebagaimana bagan berikut:

Faktor-faktor di atas saling berkaitan dan saling mempengaruhi satu sama yang lain. Bila aspek fisiologis siswa tidak baik maka akan mempengaruhi aspek psikologis. Begitu juga bila lingkungan (baik sosial maupun non sosial) di sekitar siswa tidak baik, maka akan berdampak pada proses dan hasil belajar. Oleh karena itu guru dan orang tua agar menciptakan situasi dan kondisi belajar yang bisa mendukung keberhasilan belajar siswa, baik di sekolah maupun di rumah. Wallahu a'lam.



JENIS-JENIS BELAJAR
• Belajar arti kata-kata
Mengerti kata-kata merupakan dasar terpenting. Orang yang membaca akan mengalami kesukaran untuk memahami isi bacaan jika tidak mengerti arti kata-kata. Karena ide-ide yang ada dalam suatu kata atau kalimat hanya dapat dipahami dengan mengerti arti setiap kata.
• Belajar Kognitif
Dalam belajar, seseorang tidak bisa melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Belajar kognitif bersentuhan dengan masalah mental. Kegiatan mental berproses ketika memberikan tanggapan terhadap obyek-obyek yang diamati. Obyek-obyek yang diamati dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan, atau lambang yang merupakan sesuatu bersifat mental. Misalnya, seseorang menceritakan hasil perjalanannya berupa “pengalaman” kepada temannya. Ketika dia bercerita, dia tidak dapat menghadirkan obyek-obyek yang pernah dilihatnya kepada temannya itu, dia hanya dapat menggambarkan semua obyek itu dalam bentuk kata-kata.
• Belajar menghafal
Menghafal adalah suatu aktivitas menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat diproduksikan (diingat) kembali secara harfiah, sesuai dengan materi yang asli. Dalam menghafal, ada beberapa syarat yang perlu diperhatikan yaitu mengenai tujuan, pengertian, perhatian dan ingatan. Efektif tidaknya dalam menghafal dipengaruhi oleh syarat-syarat tersebut. Menghafal tanpa tujuan menjadi tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian adalah kacau, dan menghafal tanpa ingatan adalah sia-sia.
• Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah obyek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu mengadakan abstraksi terhadap obyek-obyek yang dihadapi, sehingga obyek ditempatkan dalam golongan tertentu. Misalnya pada bunga mawar, kenanga, angrek, dan melati ditemukan sejumlah ciri yang terdapat pada semua bunga-bunga konkret itu, yaitu “mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari”. Sejumlah ciri itu ditangkap dalam pengertian “bunga” yang kemudian dilambangkan dengan kata “bunga”. Jadi, konsep bunga itu dalam pengertian mekar, bertangkai, berwarna, sedap dipandang mata, berputik, dan berbenang sari.
Belajar konsep merupakan salah satu cara belajar dengan pemahaman. Ciri khas dari konsep yang diperoleh sebagai hasil belajar pengertian ini adalah adanya skema konseptual. Skema konseptual adalah suatu keseluruhan kognitif, yang mencakup semua ciri khas yang terkandung dalam suatu pengertian.
• Belajar Kaidah
Kaidah adalah suatu pegangan yang tidak dapat diubah-ubah. Kaidah merupakan suatu representasi (gambaran) mental dari kenyataan hidup dan sangat berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Orang yang mempelajari kaidah mampu menghubungkan beberapa konsep. Misalnya, seseorang berkata, “besi dipanaskan memuai”, hal ini karena ia telah menguasai konsep dasar mengenai “besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang tetap antara ketiga konsep dasar itu, maka dia dengan yakin mengatakan bahwa “besi dipanaskan memuai”.
Selama belajar di sekolah atau diperguruan tinggi seseorang akan menemukan kaidah-kaidah, misalnya : setiap makhluk yang bernyawa pasti mat, belajar adalah berubah, udara yang lembab mengakibatkan besi berkarat, air yang dimasukkan dalam ruang bersuhu nol derajad akan membeku, perkembangan anak dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan.
• Belajar berpikir
Berpikir adalah kemampuan jiwa untuk meletakkan hubungan antara bagian-bagian pengetahuan. Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus dipecahkan. Masalah harus dipecahkan melalui operasi mental, khususnya menggunakan konsep dan kaidah serta metode-metode bekerja tertentu. Belajar berpikir sangat diperlukan selama belajar di sekolah atau di perguruan tinggi.
Macam taraf berfikir yaitu : taraf berpikir pengetahuan (belajar reseptif/menerima), komprehensif Berpikir dalam konsep belajar pengertian), aplikasi (berpikir menerapkan), analisis dan sistesis (berpikir menguraikan dan menggabungkan), evaluasi (berpikir kreatif atau memecahkan masalah).
• Belajar Keterampilan motorik (motor skill)
Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu.
• Belajar Estetis
Bentuk belajar ini bertujuan membentuk kemampuan menciptakan dan menghayati keindahan dalam berbagai bidang kesenian. Belajar ini mencakup fakta, seperti ritme, tema dan komposisi, relasi-relasi, seperti hubungan antara bentuk dan isi, struktur-struktur, sistematika warna dan aliran-aliran dalam seni lukis dan karya seni lain.



PRINSIP-PRINSIP BELAJAR
Dalam pelaksanaan mengajar, seorang guru harus memperhatikan beberapa prinsip belajar agar dapat tercapai tujuan dari belajar. Proses belajar sangat kompleks, tetapi dapat dianalisis dan diperinci dalam bentuk prinsip-prinsip atau asas-asas belajar. Hal itu perlu kita ketahui agar kita memiliki pedoman dan teknik belajar yang baik.
Prinsip-prinsip belajar secara umum adalah :
1. Belajar harus bertujuan dan terarah. Tujuan berkenaan dengan pengembangan perilaku.
2. Belajar memerlukan bimbingan. Baik bimbingan langsung dari guru atau buku pelajaran itu sendiri. Belajar tanpa seorang pembimbing bisa berakibat fatal sebagai akibat dari pemahaman yang keliru.
3. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
4. Belajar memerlukan latihan dan pengulangan, agar apa-apa yang telah dipelajari dapat dikuasai.
5. Belajar adalah suatu proses yang aktif, yaitu terjadi saling pengaruh secara dinamis antara murid dengan lingkungannya.
6. Belajar harus disertai keinginan dan kemauan yang kuat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu belajar harus didasarkan pada kebutuhan dan motivasi tertentu.
7. Belajar dianggap berhasil apabila telah sanggup menerapkan ke dalam bidang praktik sehari-hari.
8. Belajar perlu dihadapkan kepada masalah dan kesulitan yang perlu dipecahkan.
9. Hasil belajar dapat ditransfer ke dalam situasi lain.
Prinsip belajar menurut ilmu jiwa gestalt adalah :
1. Belajar yang baik harus bersifat keseluruhan, bukan bagian-bagian yang terpisah.
2. Belajar adalah suatu proses perkembangan.
3. Belajar yang baik terjadi dengan pemahaman (insight)
4. Belajar akan memberikan hasil yang lebih baik, apabila berhubungan dengan minat.
5. Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung terus menerus.
Rogers : Dalam bukunya Freedom to Learn , ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting, diantaranya ialah :
1. Manusia itu mempunyai kemampuan untuk belajar secara alami.
2. Belajar yang signifikan terjadi apabila Subject mater dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksudnya sendiri.
3. Belajar yang menyangkut suatu perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri dianggap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri adalah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggung jawab terhadap proses belajar itu.
8. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas lebih mudah dicapai terutama siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengeritik dirinya sendiri dan penilaian diri orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam dirinya sendiri mengenai proses perubahan itu.
Referensi :
Oemar Hamalik, Dr. Psikologi Belajar dan Mengajar
Syaiful Bahri Djamarah, Drs. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif
Syaiful Bahri Djamarah, Drs. Psikologi Belajar
Abu Ahmadi, Drs. Teknik Belajar Dengan Sistem SKS.




MOTIVASI BELAJAR
Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang baik sadar atau tidak sadar untuk melalukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu.
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar yang efektif. Motivasi mempunyai peranan yang strategis dalam aktivitas belajar seorang siswa. Tidak ada seorangpun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada kegiatan belajar.
A. Pengertian Motivasi
James O. Whittaker memberikan sebuah definisi tentang motivasi sebagai kondisi-kondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan.
Frederick J. Mc Donald mengatakan bahwa motivasi adalah perubahan energi (tenaga) di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan afektif (perasaan) dan reaksi mencapai tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa kegiatan fisik.
Dari definisi di atas dalam motivasi terdapat tiga hal, yaitu :
1. suatu perubahan tenaga dalam diri seseorang. Setiap perubahan motivasi berakibat pada
2. perubahan tenaga di dalam sistem neoro fisiologis dari organisme manusia.
3. ditandai oleh dorongan afektif, seperti lebih bersemangat
4. ditandai oleh reaksi-reaksi mencapai tujuan, yaitu tindakan nyata
B. Jenis-jenis Motivasi
Motivasi dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Motivasi Intrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari diri individu itu sendiri.
Dikatakan motivasi intrinsik apabila seorang siswa termotivasi untuk belajar semata-mata untuk menguasai ilmu pengetahuan bukan karena motif lain seperti pujian, nilai yang tinggi, atau hadiah. Motivasi itu muncul karena ia merasa membutuhkan sesuatu dari apa yang ia pelajari. Kesadaran pentingnya terhadap apa yang dipelajari adalah sangat penting untuk memunculkan motivasi intrinsik. Bila seseorang telah memiliki motivasi intrinsik maka selalu ingin maju dalam belajar sserta haus ilmu pengetahuan.
2. Motivasi Ekstrinsik adalah dorongan untuk melakukan sesuatu karena adanya perangsang dari luar diri individu.
Peserta didik belajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yang dipelajarinya, seperti nilai yang tinggi, kelulusan, ijazah, gelar, kehormatan dan lain-lain. Motivasi ekstrinsik meskipun kurang baik akan tetapi sangat diperlukan dalam proses pendidikan agar anak didik mau belajar. Motivasi ekstrinsik tidak selalu buruk. Ia sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik.
C. Prinsip-prinsip Motivasi
Ada beberapa prinsip motivasi dalam belajar, yaitu :
1. Motivasi sebagai dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar
2. motivasi intrinsik lebih utama dari pada motivasi ekstrinsik dalam belajar
3. Motivasi berupa pujian lebih baik daripada hukuman
4. Motivasi berhubungan erat dengan kebutuhan dalam belajar
5. Motivasi dapat memupuk optimisme dalam belajar
6. Motivasi melahirkan prestasi dalam belajar
D. Bentuk-bentuk Motivasi dalam Belajar
Ada beberapa bentuk motivasi yang dapat dimanfaatkan dalam rangka mengarahkan belajar anak didik di kelas, yaitu :
1. Memberi angka/nilai
2. hadiah
3. Kompetisi/persaingan
4. Memberi ulangan/evaluasi
5. Mengetahui hasil belajar
6. Pujian
7. Hukuman/sanksi
8. Piagam/sertifikat
9. Hasrat untuk belajar, gejala psikologis yang berhubungan dengan kebutuhan untuk
10. mengetahui sesuatu yang dipelajari.
Minat, suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran atau kegiatan akan memperhatikan secara konsisten dengan rasa senang.


MODEL-MODEL MENGAJAR
Mengajar adalah proses menyampaikan pengetahuan dan kecakapan kepada siswa. Rumusan lainnya menyatakan bahwa mengajar adalah aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses belajar secara efektif.
Pendapat lain mengatakan bahwa proses belajar itu harus tumbuh dan berkembang dari diri anak sendiri. Dengan kata lain, anak-anaklah yang harus aktif belajar, sedangkan guru bertindak sebagai pembimbing. Pandangan ini pada dasarnya mengemukakan bahwa mengajar adalah membimbing kegiatan belajar anak.
Model-model mengajar (teaching models) adalah blue print mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu pengajaran. Cetak biru (blue print) ini lazimnya dijadikan pedoman perencanaan dan pelaksanaan pengajaran serta evaluasi belajar.
Dalam sebuah model mengajar biasanya terdapat tahapan-tahapan atau langkah-langkah (syntax) yang relatif tetap dan pasti untuk menyajikan materi pelajaran secara berurutan. Oleh karena itu, sebuah model mengajar dapat dianggap sebagai teori yang bersifat mekanis dalam arti berjalan secara tetap seperti mesin.
Kumpulan atau set model mengajar yang dianggap komprehensif, menurut Tardif (1989) adalah set model yang dikembangkan oleh Bruce Joyce dan Marsha Weil dengan kategorisasi sebagai berikut :

1. Model Information Processing, sebuah model mengajar untuk mengembangkan ranah cipta (kognitif).
Termasuk model information processing adalah Model Peningkatan Kapasitas Berfikir yang diilhami oleh Jean Piaget (1896 – 1980). Penerapan model ini diarahkan pada pengembangan-pengembangan sebagai berikut :
a. Daya cipta akal siswa
b. berpikir kritis siswa
c. Penilaian mandiri siswa
Langkah-langkah (syntax)
Setelah guru mempersiapkan segala sesuatu yang mendukung penyajiannya, seperti alat peraga, buku sumber dll, ia harus siap melaksanakan tiga macam sintaks model. Langkah-langkah ini biasanya ditempuh dengan menggunakan motede Diskusi dan pemberian tugas yang secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1. langkah konfrontasi. Yaitu guru mengkonfrontasikan atau menghadapkan para siswa pada permasalahan yang menentang, penuh tanda tanya, dan terkadang tak masuk akal. Caranya ialah dengan menajukan pertanyaan yang pelik tetapi masih setara dengan perkembangan ranah kognitif siswa.
2. langkah inquiry, merupakan proses pengunaan intelek siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan cara menemukan dan mengorganisasikan konsep-konsep ke dalam sebuah tatanan yang menurut siswa tersebut penting (Barlow, 1985). Selama proses inquiry guru perlu memberi peluang kepada siswa agar lebih banyak mengembangkan kreativitas sendiri dalam memecahkan masalah.
3 langkah transfer. Pada tahap akhir ini diharapkan kemampuan-kemampuan ranah cipta dan rasa yang sudah dimiliki oleh siswa dapat mempermudah penyelesaian-penyelesaian tugas pembelajaran berikutnya. Selain itu, kiat kognitif siswa dalam memecahkan masalah diharapkan dapat memberi dampak positif atau dapat digunakan lagi untuk memecahkan masalah-masalah baru (Lawson, 1991)

2. Model personal (pengembangan pribadi)
Model personal berorientasi pada pengembangan pribadi siswa dengan lebih banyak memperhatikan kehidupan ranah rasa, terutama fungsi emosionalnya. Model personal lebih ditekankan pada pembentukan dan pengorganisasian realitas kehidupaan lingkungan. Diharapkan dengan model ini proses belajar-mengajar dapat menolong siswa dalam mengembangkan sendiri hubungan yang produktif dengan lingkungannya.
Model personal lebih bersifat bimbingan dan penyuluhan dalam mengantisipasi atau mengatasi kesulitan belajar siswa, juga untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi belajar siswa yang dianggap bermasalah.
Teknik yang lazim digunakan untuk mengimplementasikan model personal adalah teknik wawancara. Dalam wawancara ini siswa dibebaskan menjawab dan mengekspresikan ide dan perasaan kepada guru pembimbing sehubungan dengan masalah yang sedang dialami. Sebaliknya, guru yang berfungsi sebagai pembimbing sangat dianjurkan untuk bersikap empatik, dalam arti menunjukkan respons ranah cipta dan rasa yang penuh pengertian terhadap emosi dan perasaan siswa (Reber, 1988)
Langkah-langkah (syntax)
1. Menentukan situasi yang membantu. Tahapan ini dilakukan pada wawancara awal. Guru harus pandai-pandai menyusun daftar pertanyaan yang membuka jalan bagi siswa klien untuk mengekspresikan secara bebas hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi. Jadi, tahapan ini lebih bersifat penjajagan masalah.
2. Mendorong/memotivasi siswa klien untuk mengekspresikan segala perasaan yang ada, baik yang bersifat positif maupun negatif.
3. Mengembangkan insight, dalam arti mengerti dan menyadari sendiri tentang arti, sebab, dan akibat perilakunya pada masa lalu yang bermasalah. Peranan guru dalam hal ini memberi akses keterusterangan siswa klien, agar jenis masalah yang akan dipecahkan pada langkah selanjutnya dapat ditentukan rumusannya.
4. Memotivasi siswa klien sambil membantuk membuat keputusan tentang jenis masalah dan membuat rencana pemecahan masalah tersebut. Dalam hal ini, yang dilakukan guru adalah menawarkan alternatif-alternatif penentuan jenis masalah dan prosedur pemecahannya untuk dijadikan acuan siswa tersebut dalam menyelesaikan masalahnya sendiri. Jadi yang mengatasi masalah bukan guru pembimbing melainkan siswa klien itu sendiri.
5. Memotivasi siswa klien untuk mengambil keputusan mengenai jenis masalah dan tindakan-tindakan positif. Guru pembimbing tinggal memantau pelaksanaan tindakan-tindakan siswa tersebut sambil bersiap siaga membantu menyingkirkan atau mengurangi hambatan yang mungkin merintangi tindakan positif siswa.
3. Model behavioral (pengembangan perilaku)
Model behavioral direkayasa atas dasar kerangka teori perilaku yang dihubungkan dengan proses belajar mengajar. Aktivitas mengajar, menurut teori ini harus ditujukan pada timbulnya perilaku baru atau berubahnya perilaku siswa ke arah yang sejalan dengan harapan.
Di antara model mengajar behavioral adalah mastery learning (model belajar tuntas). Model ini pada dasarnya merupakan pendekatan mengajar yang mengacu pada penetapan kriteria hasil belajar. Kriteria tingkat keberhasilan belajar ini meliputi : 1). Pengetahuan; 2). Konsep; 3) keterampilan; 4) sikap dan nilai.
Langkah-langkah (syntax)
1. langkah orientasi. Pada tahap pertama ini guru dianjurkan menyusun framework (kerangka kerja pengajaran). Dalam kerangka tersebut ditetapkan hal-hal sebagai berikut:
o pokok bahasan materi pelajaran
o Keterampilan yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran.
o tugas dan tanggung jawab murid dalam melakukan belajar.
2. Langkah penyajian. Pada tahap kedua guru menjelaskan konsep konsep yang terdapat dalam pokok bahasan, serta mendemonstrasikan keterampilan yang berhubungan dengan materi pelajaran.
3. Langkah strukturisasi latihan. Pada tahap ketiga ini guru memperlihatkan contoh-contoh mempraktikkan keterampilan sesuai dengan urutan yang telah dijelaskan pada waktu penyajian materi. Dianjurkan untuk memakai media seperti video tape recorder, OHP, LCD atau gambar-gambar agar lebih mudah ditangkap oleh siswa.
4. Langkah praktik. Pada tahap keempat ini guru menginstruksikan kepada para siswa untuk mempraktikkan keterampilan yang telah diajarkan. Dalam hal ini guru cukup memonitar praktik yang dilakukan oleh siswa apakah sudah benar sesuai dengan teori yang diajarkan.
5. Langkah praktik bebas. Pada tahap terakhir ini guru dapat memberi kebebasan kepada para siswa untuk mempraktikkan sendiri keterampilan yang telah dikuasai. Hal ini bisa diterapkan bila siswa telah mengusai meteri dengan tingkat akurasi (ketepatan) keterampilan minimal 90 persen.
Sebagai catatan, bahwa model mastery learning itu sangat tepat untuk mengajarkan keterampilan yang memerlukan aplikasi fungsi-fungsi jasmani (ranah cipta) seperti pelajaran olah raga, senam, pelajaran shalat dll. Akan tetapi, guru perlu menyadari kelemahan model belajar tuntas tersebut, lantaran lebih banyak mengembangkan ranah karsa dan sedikit mengembangkan ranah cipta. Sedangkan ranah rasa hampir tak tersentuh. Maka guru harus kreatif untuk menggunakan model mengajar lainnya sebagai upaya pengkombinasian yang dapat menutupi kekurangan model masteri learning tersebut.




METODE-METODE MENGAJAR
1. Metode Tugas membaca
Yaitu guru memberikan tugas kepada siswa untuk membaca bahan bacaan yang telah ditentukan. Bahan bacaan yang dipergunakan adalah buku-buku teks wajib atau buku-buku tambahan lainnya.
Untuk menjamin bahwa tugas membaca ini telah dilaksanakan, maka siswa diberikan tugas untuk membuat rangkuman dari bahan bacaan tersebut atau dapat juga siswa diminta untuk menceritakan/menjelaskan kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan isi bacaan yang ditugaskan.
2. Metode Tanya Jawab
yaitu guru mengajar kepada para siswa dengan cara bertanya jawab. Metode ini sudah dikenal sejak lama sebelum lembaga pendidikan formal ada. Pendidikan pada waktu itu dilaksanakan pada tempat-tempat umum dan tidak memakai alat belajar sama sekali. Mereka, yaitu guru dan para murid hanya memanfaatkan pikiran, pembicaraan, dan pendengaran saja dengan ditambah obyek-obyek nyata di alam sebagai contoh dan peragaan. Tokoh yang paling terkenal menerapkan metode ini adalah Sokrates.
Teknik bertanya merupakan keterampilan berpikir dan berbicara. Oleh karena itu ia tidak dapat disiapkan secara mendadak. Kegiatan guru yang paling menonjol adalah bertanya dan memperhatikan jawaban para siswa serta memberikan dorongan agar aktif berpikir dan menjawab pertanyaan.
Langkah-langkah pengajaran dengan metode tanya jawab adalah :
1. Guru mengawali menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan materi yang dibahas.
2. Siswa yang ditunjuk menjawab pertanyaan itu.
3. Bila jawaban yang diberikan oleh siswa kurang tepat atau salah, guru memberikan pertanyaan baru yang sifatnya menggiring pikiran siswa agar ia sadar bahwa jawaban yang diberikannya kurang tepat. Bila tetap tidak bisa menjawab dengan benar maka pertanyaan tersebut dilemparkan kepada siswa yang lain.
4. Bila siswa masih kesulitan mencari jawaban, maka guru membantu mencari jawaban dengan menunjukkan alat peraga yang relevan.
5. Bantuan kepada proses berpikir dapat pula berupa contoh-contoh kongkrit yang terdapat di masyarakat atau lingkungan.
6. Bila dengan bantuan tersebut siswa belum juga menjawab dengan tepat, guru memberi kesempatan kepada para siswa untuk bertanya jawab antar siswa.
7. Tanya jawab tersebut seringkali dilanjutkan dengan tanya jawab segi tiga, yaitu guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa.
8. Bila segala model tanya jawab tersebut menemui jalan buntu, dalam arti tidak ada satupun siswa yang menjawab pertanyaan dengan tepat, maka gurulah yang turun tangan menjawab pertanyaan itu yang biasanya dilengkapi dengan penjelasan yang cukup mendalam agar siswa benar-benar memahaminya.
3. Metode Ceramah
Metode ceramah juga disebut metode memberitahukan atau metode kuliah (lecture method) karena abanyak diepergunakan di Perguruan tinggi. Metode ini telah lama digunakan oleh orang-orang Yunani dan China untuk menyampaikan pengetahuan kepada murid-muridnya. Di sekolah-sekolah modern, metode ini sudah banyak ditinggalkan, karena tugas guru harus merangsang siswa untuk berpikir, membimbing mereka dalam perkembangannya, membantu mereka dalam cara belajar, dalam eksperimen dan memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
Kelemahan metode ceramah :
1. Proses KBM berpusat pada guru (teacher centre)
2. Siswa menjadi pasif. Pengajaran modern, belajar itu aktif dengan semboyan “Learning by doing” yakni belajar sambil berbuat”
3. Metode ceramah kurang memberi kesempatan untuk berbuat, berpikir dan memecahkan masalah.
4. Anak dipaksa mengikuti jalan pikiran guru, mereka diharapkan hanya menerima keterangan dan penjelasan guru.
4. Metode Diskusi
Metode ini merupakan bagian yang penting dalam metode pemacahan masalah (problem solving). Diskusi hanya bisa dilakukan bila dihadapi suatu masalah yang memungkinkan bermacam-macam jawaban, tidak mempunyai hanya satu jawaban yang benar. Setiap jawaban anak yang beralasan dapat diterima. Diskusi bukanlah debat untuk menang dan mempertahankan/memaksankan pendapatnya, walapun bertentangan dengan fakta yang ada.
Dalam diskusi guru mendapat pendapat dan pendirian peserta. Anak-anaklah yang harus berbicara, bukan guru. Perbedaan pendapat diskusi akan menari dan merangsang anak untuk berfikir.
Manfaat metode diskusi:
1. Anak belajar berpikir tentang suatu masalah.
2. Anak dilatih untuk mengemukakan pendapatnya, mempertahankannya, atau menerima pendapat orang lain yang lebih benar.
3. Siswa tidak pasif.
4. Hasil belajar dengan diskusi lebih mantap daripada hanya dengan hafalan.
Kelemahan metode diskusi:
1. Banyak menyita waktu. Ada anggapan bahwa menjelaskan suatu masalah lebih efisien.
2. Sering menyimpang dari pokok persoalan, terutama bila pimpinan diskusi kurang tegas.
3. Sering terjadi pembicaraan diborong oleh hanya beberapa anak yang suka berbicara.
5. Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah semacam sandiwara atau dramatisasi tanpa skript (bahan tertulis), tanpa latihan terlebih dahulu, tanpa menyuruh anak menghafalkan sesuatu. Metode sosiodrama atau bermain peran ini sering digunakan bila kita ingin membearikan pengeratian yang yang lebih mendalam berbagai situasi yang menyangkut masalah sosial. Dalam sosiodrama tidak diperlukan keahlian sandiwara, tetapi lebih bersifat spontan dari pengalaman anak.
Langkah-langkah melaksanakan Sosiodrama
1. Menentukan pokok persoalan / tema sosial yang akan disosiodramakan
2. Memilih para pelaku, yaitu anak yang memahami persoalan dan mempunyai daya fantasi, bukan anak yang pandai melucu atau pemalu.
3. Mempersiapkan peranan.
Berilah waktu sekitar tiga menit kepada anak untuk keluar kelas dan mempersiapkan diri sebagai orang yang diperankannya. Mereka dapat berunding sebentar.
4. Mempersiapkan para penonton.
Siswa yang lain berperan sebagai penonton dan diminta untuk mengambil sikap seandainya memainkan peranan yang dilihat, apa yang harus dilakukan.
5. Pelaksanaan sosiodrama.
Guru memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk melaksanakan peran yang dimainkan. Waktu untuk sosiodrama biasanya sekitar lima menit
6. Follow up.
Selesai sosiodrama, diadakan diskusi yang untuk menanggapi segalam permasalahan yang telah diperankan.
6. Metode Karyawisata
Metode karyawisata adalah belajar di luar kelas dengan pengamatan langsung, mengadakan penelitian dan penyelidikan. Di luar kelas terdapat sumber belajar yang dapat dijadikan obyek karyawisata, seperti sungai, panti asuhan, rumah sakit, pasar, gunung, stasiun, musium dll. Dengan karyawisata anak-anak dapat diajak untuk mempelajari bagaimana orang hidup, bekerja dan menderita di dalam masyarakat.
7. Metode Drill
Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh suatu ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang pelajari dan siap digunakan bila sewaktu-waktu diperlukan. Metode ini sangat cocok untuk melatih kecakapan motorik, seperti gerakan shalat, menulis, melafalkan kata-kata, pendidikan jasmani dll. Selain itu juga bisa digunakan untuk melatih kecakapan mental, seperti melatih perkalian, penjumlahan, mengenal tanda-tanda baca dll.
8. Metode Demonstrasi
Demonstrasi adalah suatu cara mengajar/teknik mengajar dengan mengkombinasikan lisan dengan suatu perbuatan serta dipergunakan alat.
Nilai Metode Demonstrasi
1. Memberi gambaran dan pengertian yang lebih jelas dari pada hanya dengan lisan .
2. untuk menunjukkan langkah-langkah suatu proses ataun suatu keterampilan.
3. Untuk memudahkan dan lebih efisien.
4. Memberi kesempatan kepada anak-anak untuk belajar mengamati sesuatu dengan cermat
5. Setelah demonstrasi akan memberikan kesempatan kepada anak untuk diskusi yang akan lebih memperbaiki dan mempertajam pengertian.
Mempersiapkan demonstrasi :
1. Sediakan alat-alat yang diperlukan
2. Tulislah sebelumnya garis besar demonstrasi itu di papan tulis agar anak lebih mudah mengikuti demonstrasi
3. Usahakan agar setiap anak dapat melihat demonstrasi dan mendengar penjelasan
Melaksanakan demonstrasi :
1. Ciptakan suasana yang baik.jelaskan tujuan demonstrasi dan bangkitkan minat anak
2. Usahakan agar demonstrasi itu sederhana dan hanya mengenai pokok-pokok nya saja yang mudah di pahami anak
3. Jangan melakukan demonstrasi dengan terburu-buru.selingi dengan pertanyaan-pertannyaan
4. Beberapa menit terakhir buatlah kesimpulan atau ihtisar jalannya demonstrasi
5. Sesudah semua siswa jelas, maka berikan kesempatan kepada beberapa siswa untuk mencoba melaksanakan demonstrasi sendiri
9. Metode Penggunan Nara Sumber
Nara sumber adalah orang-orang bukan guru tetapi dimanfaatkan sebagai pengajaran karena keterampilan atau keahlian nya. Bantuan nara sumber di butuhkan apabila tenaga guru sangat terbatas atau tidak ada sama sekali. Dengan demikian fungsi nara sumber merupakan sumber ilmu pengetahuan dan keterampilan tertentu yang tidak ada dilembaga pendidikan tersebut.


PRINSIP-PRINSIP MENGAJAR
Prinsip mengajar adalah suatu aturan yang berlaku bagi seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Prinsip-prinsip tersebut disebut dengan Asas-asas Didaktik. Dengan demikian prinsip-prinsip tersebut harus diketahui dan dipahami serta dapat diterapkan oleh guru atau calon guru agar dapat mengajar dengan baik dan berhasil sesuai dengan tujuan.
Adapun prinsip-prinsip mengajar tersebut antara lain :
1. Asas perhatian, yaitu asas membangkitkan perhatian murid-murid.
2. Asas aktivitas, yaitu asas mengaktifkan jasmani dan mental murid-murid.
3. Asas apersepsi, yaitu asas menghubungkan dengan apa yang telah dikenal anak.
4. Asas peragaan, yaitu asas memperagakan pengajaran.
5. Asas ulangan, yaitu mengadakan ulangan-ulangan yang teratur.
6. Asas korelasi, yaitu mengadakan hubungan dengan pelajaran lainnya.
7. Asas konsentrasi, yaitu asas pemusatan pada pokok masalah.
8. Asas individualisasi, yaitu asas penyesuaian pada sifat dan bakat masing-masing anak.
9. Asas sosialisasi, yaitu menciptakan / menyesuaikan dengan lingkungan.
10. Asas evaluasi, yaitu mengadakan penilaian yang tepat dan teliti.



PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN
Dalam kehidupan manusia ada dua proses perubahan yang berlangsung secara kontinu, yaitu “pertumbuhan” dan “perkembangan”. Kedua proses ini berlangsung secara interdependensi, artinya saling bergantung satu sama lain. Kedua proses sini tidak bisa dipisahkan secara pilah berdisri sendiri, akan tetapi dapat dibedakan untuk memperjelas penggunaan kedua istilah tersebut.
Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis. Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik. Hasil pertumbuhan antara lain berwujud bertambahnya ukuran-ukuran kuantitatif badan anak, seperti panjang, berat dan kekuatannya, tentang sistem jaringan syaraf dan perubahan-perubahan struktur jasmanai lainnya. Dengan demikian pertumbuhan dapat difahami sebagai proses perubahan dan proses pematangan fisik.
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang mengacu pada mutu fungsi organ-organ jasmaniah, bukan organ-organ itu sendiri. Jadi penekanan arti perkembangan itu terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang disandang oleh organ-organ fisik. Perkembangan merupakan proses perubahan sebagai fungsi kematangan dan interaksi dengan lingkungan.
Menurut Nagel (1975) perkembangan merupakan pengertian dimana terdapat struktur yang terorganisasi dan mempunyai fungsi-fungsi tertentu, oleh karen tiu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN
Secara garis besar, pendapat yang dikemukakan oleh para ahli dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu :

1. Aliran Nativisme
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir (natus = lahir). Anak sejak lahir membawa sifat-sifat dan dasar-dasar tertentu yang dinamakan sifat pembawaan. Para ahli yang mengikuti paham ini biasanya menunjukkan berbagai kesamaan/kemiripan antara orangtua dengan anak-anaknya. Misalnya kalau ayahnya ahli musik maka anaknya juga akan menjadi ahli musik, ayahnya seorang ahli fisika maka anaknya juga akan menjadi ahli fisika. Keistimewaan-keistimewaan yang dimiliki oleh orangtua juga dimiliki oleh anaknya.
Sifat pembawaan tersebut mempunyai peranan yang sangat penting bagi perkembangan individu. Pendidikan dan lingkungan hampir-hampir tidak ada pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Akibatnya para ahli pengikut aliran ini berpandangan pesimistis terhadap pengaruh pendidikan. Tokoh aliran ini ialah Schopenhauer dan Lombroso.

2. Aliran Empirisme
Menurut aliran ini bahwa perkembangan individu itu semata-mata ditentukan oleh faktor dari luar/lingkungan. Sedangkan pembawaan tidak memiliki peranan sama sekali. Tokoh aliran ini ialah John Locke (1632 – 1704) yang terkenal dengan teori “Tabularasa”. Ia mengatakan bahwa anak lahir seperti kertas putih yang belum mendapat coretan sedikitpun, akan dijadikan apa kertas itu terserah kepada yang menulisnya.
Aliran empirisme menimbulkan optimisme dalam bidang pendidikan. Segala sesuatu yang terdapat pada jiwa manusia dapat diubah oleh pendidikan. Watak, sikap dan tingkah laku manusia dapat diubah oleh pendidikan. Pendidikan dipandang mempunyai pengaruh yang tidak terbatas.
Keburukan yang timbul dari pandangan ini adalah anak tidak diperlakukan sebagai anak, tetapi diperlakukan semata-mata menurut keinginan orang dewasa. Pribadi anak sering diabaikan dan kepentingannnya dilalaikan.

3. Aliran Konvergensi
Menurut aliran ini bahwa manusia dalam perkembangan hidupnya dipengaruhi oleh bakat/pembawaan dan lingkungan atau dasar dan ajar. Manusia lahir telah membawa benih-benih tertentu dan bisa berkembang karena pengaruh lingkungan. Aliran ini dipelopori oleh W. Stern.
Pada umumhnya paham inilah yang sekarang banyak diikuti oleh para ahli pendidikan dan psikologi, walaupun banyak juga kritik yang dilancarkan terhadap paham ini. Salah satu kritik ialah Stern tidak dapat dengan pasti menunjukkan perbandingan kekuatan dua pengaruh itu.
Dengan demikian pendidikan harus mengusahakan agar benih-benih yang baik dapat berkembang secara optimal dan benih-benih yang jelek ditekan sekuat mungkin sehingga tidak dapat berkembang.
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
Secara garis besar perkembangan itu memiliki prinsip antara lain:
1. Perkembangan itu mengikuti pola-pola tertentu dan berlangsung secara teratur. Dalam hal ini perkembangan mulai dari kepala ke kaki, dan dari pusat ke bagian-bagian.
2. Pertumbuhan dan perkembangan tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi berlangsung berangsur-angsur secara teratur dan terus menerus.
3. Suatu tingkat perkembangan dipengaruhi oleh sifat perkembangan sebelumnya. Terlambatnya suatu tingkat perkembangan, akan menghambat pula perkembangan pada tingkat berikutnya. Sebaliknya sukses dalam suatu tingkat perkembangan, akn sukses pula pada perkembangan berikutnya.
Perkembangan itu antara anak satu berbeda dengan anak yang lain, baik dalam perkembangan masing-masing organ/aspek kejiwaannnya maupun cepat atau lambatnya perkembangan tersebut.




MENGENAL CARA BELAJAR INDIVIDU (TIPE BELAJAR)
Setiap individu adalah unik. Artinya setiap individu memiliki perbedaan antara yang satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut bermacam-macam, mulai dari perbedaan fisik, pola berpikir dan cara-cara merespon atau mempelajari hal-hal baru. Dalam hal belajar, masing-masing individu memiliki kelebihan dan kekurangan dalam menyerap pelajaran yang diberikan. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan dikenal berbagai metode untuk dapat memenuhi tuntutan perbedaan individu tersebut. Di negara-negara maju sistem pendidikan bahkan dibuat sedemikian rupa sehingga individu dapat dengan bebas memilih pola pendidikan yang sesuai dengan karakteristik dirinya.
Di Indonesia seringkali kita mendengar keluhan dari orangtua yang merasa sudah melakukan berbagai cara untuk membuat anaknya menjadi "pintar". Orangtua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anaknya ke sekolah-sekolah terbaik. Selain itu anak diikutkan dalam berbagai kursus maupun les privat yang terkadang menyita habis waktu yang seharusnya bisa dipergunakan anak atau remaja untuk bermain atau bersosialisasi dengan teman-teman sebayanya. Namun demikian usaha-usaha tersebut seringkali tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan, bahkan ada yang justru menimbulkan masalah bagi anak dan remaja.
Apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa anak-anak tersebut tidak kunjung-kunjung pintar? Salah satu faktor yang dapat menjadi penyebabnya adalah ketidaksesuaian cara belajar yang dimiliki oleh sang anak dengan metode belajar yang diterapkan dalam pendidikan yang dijalaninya termasuk kursus atau les privat. Cara belajar yang dimaksudkan disini adalah kombinasi dari bagaimana individu menyerap, lalu mengatur dan mengelola informasi.
Otak Sebagai Pusat Belajar
Otak manusia adalah kumpulan massa protoplasma yang paling kompleks yang ada di alam semesta. Satu-satunya organ yang dapat mempelajari dirinya sendiri dan jika dirawat dengan baik dalam lingkungan yang menimbulkan rangsangan yang memadai, otak dapat berfungsi secara aktif dan reaktif selama lebih dari seratus tahun. Otak inilah yang menjadi pusat belajar sehingga harus dijaga dengan baik sampai seumur hidup agar terhindar dari kerusakan.
Menurut MacLean, otak manusia memiliki tiga bagian dasar yang seluruhnya dikenal sebagai triune brain/three in one brain (dalam DePorter & Hernacki, 2001). Bagian pertama adalah batang otak, bagian kedua sistem limbik dan yang ketiga adalah neokorteks.
Batang otak memiliki kesamaan struktur dengan otak reptil, bagian otak ini bertanggungjawab atas fungsi-fungsi motorik-sensorik-pengetahuan fisik yang berasal dari panca indra. Perilaku yang dikembangkan bagian ini adalah perilaku untuk mempertahankan hidup, dorongan untuk mempertahankan spesies.
Disekeliling batang otak terdapat sistem limbik yang sangat kompleks dan luas. Sistem ini berada di bagian tengah otak manusia. Fungsinya bersifat emosional dan kognitif yaitu menyimpan perasaan, pengalaman yang menyenangkan, memori dan kemampuan belajar. Selain itu sistem ini mengatur bioritme tubuh seperti pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, jantung, gairah seksual, temperatur, kimia tubuh, metabolisme dan sistem kekebalan. Sistem limbik adalah panel kontrol dalam penggunaan informasi dari indra penglihatan, pendengaran, sensasi tubuh, perabaan, penciuman sebagai input yang kemudian informasi ini disampaikan ke pemikir dalam otak yaitu neokorteks.
Neokorteks terbungkus di sekitar sisi sistem limbik, yang merupkan 80% dari seluruh materi otak. Bagian ini merupakan tempat bersemayamnya pusat kecerdasan manusia. Bagian inilah yang mengatur pesan-pesan yang diterima melalui penglihatan, pendengaran dan sensasi tubuh manusia. Proses yang berasal dari pengaturan ini adalah penalaran, berpikir intelektual, pembuatan keputusan, perilaku normal, bahasa, kendali motorik sadar, dan gagasan non verbal. Dalam neokorteks ini pula kecerdasan yang lebih tinggi berada, diantaranya adalah : kecerdasan linguistik, matematika, spasial/visual, kinestetik/perasa, musikal, interpersonal, intrapersonal dan intuisi.
Karakteristik Cara Belajar
Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka cara belajar individu dapat dibagi dalam 3 (tiga) kategori. Ketiga kategori tersebut adalah cara belajar visual, auditorial dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya yang memiliki salah satu karakteristik cara belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik cara belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran. Dengan kata lain jika sang individu menemukan metode belajar yang sesuai dengan karakteristik cara belajar dirinya maka akan cepat ia menjadi "pintar" sehingga kursus-kursus atau pun les private secara intensif mungkin tidak diperlukan lagi.
Adapun ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik cara belajar seperti disebutkan diatas, menurut DePorter & Hernacki (2001), adalah sebagai berikut:
1. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Visual
Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• rapi dan teratur
• berbicara dengan cepat
• mampu membuat rencana jangka pendek dengan baik
• teliti dan rinci
• mementingkan penampilan
• lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar
• mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual
• memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik
• biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar
• sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)
• merupakan pembaca yang cepat dan tekun
• lebih suka membaca daripada dibacakan
• dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan.
• jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara
• lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
• sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya" atau "tidak'
• lebih suka mendemonstrasikan sesuatu daripada berpidato/berceramah
• lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada musik
• seringkali tahu apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai menuliskan dalam kata-kata
2. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Auditorial
Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja
• mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik
• lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca
• jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras
• dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara
• mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai dalam bercerita
• berbicara dalam irama yang terpola dengan baik
• berbicara dengan sangat fasih
• lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya
• belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat
• senang berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar
• mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi
• lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya
• lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik
3. Karakteristik Perilaku Individu dengan Cara Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:
• berbicara dengan perlahan
• menanggapi perhatian fisik
• menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka
• berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain
• banyak gerak fisik
• memiliki perkembangan otot yang baik
• belajar melalui praktek langsung atau manipulasi
• menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung
• menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang membaca
• banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)
• tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama
• sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut
• menggunakan kata-kata yang mengandung aksi
• pada umumnya tulisannya jelek
• menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik)
• ingin melakukan segala sesuatu
Dengan mempertimbangkan dan melihat cara belajar apa yang paling menonjol dari diri seseorang maka orangtua atau individu yang bersangkutan (yang sudah memiliki pemahaman yang cukup tentang karakter cara belajar dirinya) diharapkan dapat bertindak secara arif dan bijaksana dalam memilih metode belajar yang sesuai. Bagi para remaja yang mengalami kesulitan belajar, cobalah untuk mulai merenungkan dan mengingat-ingat kembali apa karakteristik belajar anda yang paling efektif. Setelah itu cobalah untuk membuat rencana atau persiapan yang merupakan kiat belajar anda sehingga dapat mendukung agar kemampuan tersebut dapat terus dikembangkan. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaat berbagai media pendidikan seperti tape recorder, video, gambar, dll.


TINGKATKAT IQ ANAK MELALU BERMAIN
Bermain merupakan jendela perkembangan anak. Lewat bermain aspek perkembangan anak bisa ditumbuhkan secara optimal dan maksimal. Membiarkan anak-anak usia pra sekolah bermain telah terbukti mampu meningkatkan perkembangan mental dan kecerdasan anak.

Hasil penelitian menemukan kaitan antara kecerdasan dan kegiatan bermain anak. Di Bangladesh anak-anak yang kekurangan gizi setelah mengikuti program kegiatan bermain IQ meningkat sampai 9 poin, kata Sally Mc Gregor dari Institute of Child Health at University College London.

Disimpulkan para periset bahwa untuk meningkatkan kecerdasan anak-anak miskin tersebut bisa dilakukan dengan tindakan intervensi sederhana, yakni mendorong anak-anak untuk banyak bermain di rumah serta tentu saja meningkatkan kadar gizi.

Masyarakat terlalu memfokuskan mengurangi angka kematian, tetapi mereka sering lupa kalau banyak anak-anak yang terancam tidak bisa mencapai kecerdasan optimal, setelah duduk di kelas 5 atau 6 Sekolah Dasar, kesempatan mereka untuk memperbaikinya sudah tipis, kata McGroger.

Ditambahkan McGroger, di sebuah daerah Jamaica, anak-anak dari keluarga miskin diberi bantuan mainan yang bisa dimainkan sendiri di rumah, lalu perkembangan mereka dipantau sampai berusia 18 tahun, tingkat IQ mereka lebih baik, kemampuan bacanya baik dan jarang yang drop-out dari sekolah, selain itu kesehatan mental anak-anak itu juga baik, mereka tidak depresi dan lebih percaya diri, katanya lagi.

Sudah saatnya para orang tua menyadari bahwa kegiatan bermain bukanlah kegiatan tak berguna dan hanya membuang waktu. Bermain selain merupakan hak asasi anak, juga diperlukan untuk meningkatkan kemampuan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar